Rabu, 03 September 2008

nama ku Rietha....

Nama ku Rietha.
Aku perempuan berumur 24 tahun.
Hari ini seperti biasa, aku melakukan aktifitas sehari-hariku. Aku seorang pelukis.

Seperti biasa pula, sejak pukul 06.00 aku duduk di sini, disebuah taman yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahku. Menikmati secangkir susu cokelat hangat dan roti isi. Aku selalu duduk di sini disebuah bangku taman berwarna biru gelap yang nyaman, dan bau rumput hijau yang basah karena embun.

Aku selalu menciptakan moment visual di kepala ku, agar semuanya terlihat indah.
Taman ini memang tidak sebagus pendapat kebanyakan orang. Taman yang hanya terdapat tiga pohon pinus yang mengering karena tua, hamparan rumput setinggi betis kaki orang dewasa dan bangku taman yang mulai berkarat.
Tapi aku senang disini, aku merasa hariku dimulai dari sini. Terlalu banyak visual ciptaanku yang kuletakkan pada sudut-sudut taman ini. Matahari, bunga, kupu-kupu dan sungai.
Taman ini seperti rumahku.

Dan seorang laki-laki yang sebelumnya kukenal dalam pikiranku. Tampak nyata saat sore hari menjelang redupnya matahari, tepat di depan taman ini tiga bulan yang lalu.
Saat itu aku tak kuasa menahan emosi didalam pikiran dan hatiku, ketika semuanya kuanggap sempurna dan nyata. Ya...karena aku terlalu lama hidup bersama orang-orang yang ada didalam pikiranku.

Dia...laki-laki, memakai shall berwarna merah, jamper hitam dan sebuah buku gambar berukuran A3 di tangan kirinya, dan ditangan satunya lagi menggenggam sebuah tas kecil yang menurutku mungkin berisikan beberapan alat gambarnya.
Hmmm, laik-laki itu terlihat terlalu sempurna buatku. Terlalu sempurna dibandingkan visual ciptaanku yang lain selama ini. Dia bergerak, dia berjalan, dia tersenyum.
Dia tersenyum dan datang padaku. Mulutnya bergerak seakan berbicara, dan dengan mimik muka yang bertanya-tanya. Aku tak sadar, seaakan terhipnotis hingga pertanyaannya pun tak aku hiraukan. “hai, siapa namamu”...begitu pertanyaannya ia lontarkan kembali. Sebelum sempat ku jawab, matanya memangdang ke arah bawah, menggenggap tanganku, dan melihat...
Aku memang tidak hanya diam saat menyadari keberadaanya di taman, mataku memang hanya tertuju padanya, tapi tidak dengan tangan kananku, tidak dengan jari-jariku. Karena mereka lebih tahu apa yang harus mereka kerjakan. Mereka menciptakan laki-laki itu didalam gambar dan memolesnya dengan apik dan berangsur sempurna.
Dia melihat wajahnya di sini, didalam kanvas kecilku....

Aku berharap itu nyata, bahkan didalam anggan, bahkan di saat pikiran ku bekerja untuk menciptakan sebuah ilusi yg hampir nyata, aku hanya berhanyal. Bahkan saat semuanya sangat terlihat nyata, aku hanya berhayal.
Laki-laki iitu memang ada, dia bergerak, dia hidup dalam goresan pencil gambarku....dan hanyalku.

Tidak ada komentar: