Selasa, 09 September 2008

tetap berjalan disampingku...

berjalanlah tetap disamping kiriku
peduli setan dengan siapa yang ada dikananmu
apa itu malaikat pencabut nyawa
atau itu malaikat penolong jiwamu

tetaplah berjalan disampingku
dengan berbagai cerita yg akan terucap
dengan bermacam rima,,prosa,,sajak yg akan menyentuh kisi2 relung telinga
dengan lantunan lagu haru biru suka dan cita yg terdengar diantara relung kosong lamunan

tetaplah berjalan disampingku
bukan hanya di kalam penuh bintang
tapi juga di pagi yg tidak lagi menghianati matahari

tetaplah berjalan disampingku
supaya lelap tidurmu tanpa satu mata terbuka
tanpa gir2 diotak terus bergelincir

tetaplah berjalan disampingku
sampai kita tidak kuat untuk berlari menyambut pagi
yg bertolak disenja malam
agar kita tahu sejauh mana langkah2 kaki kita berhenti diujung asa

tetaplah berjalan dan jangan sampai terhenti.

ambiguism

kunci waktu berkarat di tanah berdebu
menggaris amanah ke4 penjuru
hingga dinding serasa pintu dan jendela
lalu berderit membuka buku segala rahasia

lalu cahaya berlapis cahaya
tegak diatas singgasana
menembusi bintang-bintang galaksi
menerangi penjuru langit dan bumi

segala gerak membuka rahasia
yang mutlak dan abadi menjadi nyata
memantulkan wujud seisi bumi
dicekung mata, dilumbung hati

bukan lagi satu
seakan dua..
tiga hendak..
empat menyeruak

cuma tinggal dua
satu harus memilih..

Rabu, 03 September 2008

nama ku Rietha....

Nama ku Rietha.
Aku perempuan berumur 24 tahun.
Hari ini seperti biasa, aku melakukan aktifitas sehari-hariku. Aku seorang pelukis.

Seperti biasa pula, sejak pukul 06.00 aku duduk di sini, disebuah taman yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahku. Menikmati secangkir susu cokelat hangat dan roti isi. Aku selalu duduk di sini disebuah bangku taman berwarna biru gelap yang nyaman, dan bau rumput hijau yang basah karena embun.

Aku selalu menciptakan moment visual di kepala ku, agar semuanya terlihat indah.
Taman ini memang tidak sebagus pendapat kebanyakan orang. Taman yang hanya terdapat tiga pohon pinus yang mengering karena tua, hamparan rumput setinggi betis kaki orang dewasa dan bangku taman yang mulai berkarat.
Tapi aku senang disini, aku merasa hariku dimulai dari sini. Terlalu banyak visual ciptaanku yang kuletakkan pada sudut-sudut taman ini. Matahari, bunga, kupu-kupu dan sungai.
Taman ini seperti rumahku.

Dan seorang laki-laki yang sebelumnya kukenal dalam pikiranku. Tampak nyata saat sore hari menjelang redupnya matahari, tepat di depan taman ini tiga bulan yang lalu.
Saat itu aku tak kuasa menahan emosi didalam pikiran dan hatiku, ketika semuanya kuanggap sempurna dan nyata. Ya...karena aku terlalu lama hidup bersama orang-orang yang ada didalam pikiranku.

Dia...laki-laki, memakai shall berwarna merah, jamper hitam dan sebuah buku gambar berukuran A3 di tangan kirinya, dan ditangan satunya lagi menggenggam sebuah tas kecil yang menurutku mungkin berisikan beberapan alat gambarnya.
Hmmm, laik-laki itu terlihat terlalu sempurna buatku. Terlalu sempurna dibandingkan visual ciptaanku yang lain selama ini. Dia bergerak, dia berjalan, dia tersenyum.
Dia tersenyum dan datang padaku. Mulutnya bergerak seakan berbicara, dan dengan mimik muka yang bertanya-tanya. Aku tak sadar, seaakan terhipnotis hingga pertanyaannya pun tak aku hiraukan. “hai, siapa namamu”...begitu pertanyaannya ia lontarkan kembali. Sebelum sempat ku jawab, matanya memangdang ke arah bawah, menggenggap tanganku, dan melihat...
Aku memang tidak hanya diam saat menyadari keberadaanya di taman, mataku memang hanya tertuju padanya, tapi tidak dengan tangan kananku, tidak dengan jari-jariku. Karena mereka lebih tahu apa yang harus mereka kerjakan. Mereka menciptakan laki-laki itu didalam gambar dan memolesnya dengan apik dan berangsur sempurna.
Dia melihat wajahnya di sini, didalam kanvas kecilku....

Aku berharap itu nyata, bahkan didalam anggan, bahkan di saat pikiran ku bekerja untuk menciptakan sebuah ilusi yg hampir nyata, aku hanya berhanyal. Bahkan saat semuanya sangat terlihat nyata, aku hanya berhayal.
Laki-laki iitu memang ada, dia bergerak, dia hidup dalam goresan pencil gambarku....dan hanyalku.

stay with me.....

Jangan kemana-mana saat Matahari mulai tenggelam, terbalut cahaya kemerahan, dengan sedikit sentuhan warna emas yang kian memudar menjadi lempengan baja hitam pekat.
Jangan kemana-mana saat ku bilang jangan kemana-mana....
Kerena moment itu hanya dapat kita temukan disini, dibalik layar dedaunan yg mungkin akan segera mati, dan akar-akaran menjadi sandaran jiwa mu, jiwa kita...
Duduklah disebelahku, genggam tanganku tanpa hasyat manis duniawi dan ucapakan salam perpisahan untuk Matahari hari ini.
Bukan untuk bertemu kembali esok pagi, atau esok lusa.
Karena malam ini tidurmu akan panjang hingga ayam jago pun tak mampu mengisyaratkan pagi, siang, senja, dan malam untuk esok hari mu
....mati....
Jangan tanya kenapa kepadaku, karena sesuai dengan kehendakku, musim telah berganti.
Kau......
jiwalah pulang, jiwalah merana.
Ditengah ucapan-ucapanmu yg tidak lagi terdengar jelas, kau meminta bumi untuk mengerti.
Diam, kosong tanpa arti, duduk dengan sebagian sandaran jiwa yg tetinggal dalam hati yang sengaja kau pasung. Aku masih ingin mengerti.
Dulu....., tidak untuk saat ini atau esok.
Maka ku minta untuk kau tetap disini,
ku mohon dengarkan aku.....
jangan keman-mana...
Karena aku tak akan sanggup melihatmu hancur pelan-pelan, karena aku tak ingin menemanimu hingga ajal-mu, kerena aku tak ingin bersimpatik untuk kisah hidupmu yang ironis.
Disini akan ku perkenalkan padamu “Matahari”, dimana kehidupan dimulai dari kedatangannya. Bahwa hidupmu sebenarnya indah, bahwa sisa nafas yg keluar dari mulutmu adalah bau kehidupan, bahwa lambang dari kerutan yang ada dikeningmu adalah bukti kau pernah berjuang untuk semua itu.
Agar kematianmu menambah arti, agar ingatan terakhirmu begitu indah..

Selamat tinggal teman.....Aku membencimu....
karena kau lebih dulu merasakan kematian, karena kematian lebih mencintaimu.

that's like me

kerutan diantara dahi itu sangat tampak jelas kala cermin memantulkan seraut wajah yang tampak tersenyum dalam kesendirian..
bibir hitam selayaknya jelaga mengisyaratkan ribuan batang rokok pernah singgah diantara selipan bibir itu...
sudut2 bibir yang sedianya tersenyum telah rapat terkatup dengan makna yang absurb tentang asa..tentang jiwa.....kosong.....hendak terisi.....memang sudah ada yang mengisi...karena keadaan tetapi tampak kosong..
hanya merekam suara dibenak. membaca tiap kabar yang datang....
kegundahan yang tampak samar tertutupi keceriaan yang sebenarnya anomali...
bukan hanya ada satu..dua..tiga...ataupun sepuluh hal yang ada diantara selipan2 neuron diotak yang terus terforsir untuk keras berpikir tentang kesendirian hari yg riuh dengan tawa kosong mulut2 hambar yang tidak tahu akan apa yang terjadi dikemudian hari..
menguji sebuah mimpi................mimpi kala kalam silam......tentang ketakutan.....tentang pembaca tafsir, tentang penandaan waktu yg akan datang................

mencari kesempurnaan....

kerutan2 itu berubah menjadi guratan nasib yang seharusnya bisa terhindarkan dengan keberanian...lupakan apa yang semestinya dilupakan...
sudut bibir itu datar..tidak ada satu sunggingan senyumpun terlihat nyata disana...
hari-hari selalu terpungkiri dengan topeng2 yg selalu mengitari dimana sedianya siap dipakai tergantung dengan tempo perjalanan rotasi matahari.

kosong...
menurutmu...
ada memang sudah...
tegakan apa yang seharusnya...


Jumat, 06 Juni 2008


aku dan teman dekatku...."aku"....

Kamis, 05 Juni 2008

malam...


Satu keheningan malam ini…
Berjuta kilauan bintang berarak pesta dimataku.
Aku memang sedang menikmati malamku.
Walau sedikit aku coba untuk mengerti tetang malam…malam panjang…
Malam membawa mimpi…
Mataku takjub melihat senyum rembulan dan bintang,
Entah apa yang ada dalam pikiranku tapi kali ini malam begitu menyita perhatianku.

Malam,
ini kali pertama aku mengerti bahwa semua harapan berawal darimu,
saat segala doa mulai dipanjatkan…
dan kidung pujian mulai dinyanyikan untukmu…
Mimpi datang dari malam, ketika kita mulai terlelap,

doa mengikuti alur cerita yang kita punya.