Rabu, 03 September 2008

stay with me.....

Jangan kemana-mana saat Matahari mulai tenggelam, terbalut cahaya kemerahan, dengan sedikit sentuhan warna emas yang kian memudar menjadi lempengan baja hitam pekat.
Jangan kemana-mana saat ku bilang jangan kemana-mana....
Kerena moment itu hanya dapat kita temukan disini, dibalik layar dedaunan yg mungkin akan segera mati, dan akar-akaran menjadi sandaran jiwa mu, jiwa kita...
Duduklah disebelahku, genggam tanganku tanpa hasyat manis duniawi dan ucapakan salam perpisahan untuk Matahari hari ini.
Bukan untuk bertemu kembali esok pagi, atau esok lusa.
Karena malam ini tidurmu akan panjang hingga ayam jago pun tak mampu mengisyaratkan pagi, siang, senja, dan malam untuk esok hari mu
....mati....
Jangan tanya kenapa kepadaku, karena sesuai dengan kehendakku, musim telah berganti.
Kau......
jiwalah pulang, jiwalah merana.
Ditengah ucapan-ucapanmu yg tidak lagi terdengar jelas, kau meminta bumi untuk mengerti.
Diam, kosong tanpa arti, duduk dengan sebagian sandaran jiwa yg tetinggal dalam hati yang sengaja kau pasung. Aku masih ingin mengerti.
Dulu....., tidak untuk saat ini atau esok.
Maka ku minta untuk kau tetap disini,
ku mohon dengarkan aku.....
jangan keman-mana...
Karena aku tak akan sanggup melihatmu hancur pelan-pelan, karena aku tak ingin menemanimu hingga ajal-mu, kerena aku tak ingin bersimpatik untuk kisah hidupmu yang ironis.
Disini akan ku perkenalkan padamu “Matahari”, dimana kehidupan dimulai dari kedatangannya. Bahwa hidupmu sebenarnya indah, bahwa sisa nafas yg keluar dari mulutmu adalah bau kehidupan, bahwa lambang dari kerutan yang ada dikeningmu adalah bukti kau pernah berjuang untuk semua itu.
Agar kematianmu menambah arti, agar ingatan terakhirmu begitu indah..

Selamat tinggal teman.....Aku membencimu....
karena kau lebih dulu merasakan kematian, karena kematian lebih mencintaimu.

Tidak ada komentar: